“AKU BERTANYA PADA JAKARTA”
Jakarta, dirimu telah padat berisi
Tapi mengapa dirimu masih terbuka
Oleh berbondong-bondong jiwa
Dari bagian kami
Jakarta. . . .
Hatiku teriris mendengar kabarmu
Yang tak lagi dengar suara hati kami
Jakarta, kapan kau kembalikan kakakku
Sekian lama aku menantinya
Tapi mengapa tak mau ijinkan
Jakarta. . . .
Berapa banyak lagi nyawa yang akan kau terima
Berapa lagi nyawa yang masih tersisa didesa
Mereka berbondong-bondong oleh gemerlapmu
Tapi apa yang terjadi di sana ?
Semuanya tak seindah impian
Bahkan badan jadi remuk redam