_Cerbung
Episode 1_
“Diary
Si Arin”
Arina
Zaida Ilma. Itu namaku. Cukup simple bukan? Panggil saja Arin. Kalian
mengenalku? Aku sosok anak perempuan biasa layaknya anak-anak perempuan lain.
Tak terkenal layaknya bintang film. Aku dikenal anak yang pendiam. Yeah...
kadang cerewet juga sih.
Aku
seorang remaja. 24 Februari silam, usiaku genap 14 tahun. Tak terasa, kian hari
usiaku bertambah. Aku kini duduk di bangku SMP kelas 8. SMPN 1 Kroya adalah
istana ilmuku. Tempatku menimba ilmu. Lewat jendela dunia ku gapai prestasi
mulia.
Awal
cerita,
Malam
itu aku mengkemas buku pelajaranku ke dalam tas rangselku. Menengok jadwal
pelajran untuk hari besok. Besok adalah hari pertama masuk masuk sekolah
setelah satu minggu libur, karena unutk UAS kakak kelasku (kelas IX). Mengepak
tas, menyemir sepatu, dan tak lupa ku masukan tempat pensil kesayanganku ke
dalam tas. Sambil belajar, ku rekam semuanya dalam otakku. Tersimpan dalam
perkamen otakku. Ku jadikan memory. Agar kelak akan selalu teringat. Jam 21.00
WIB, aku mengantuk. Ku letakkan jari jemariku ke kasur dan aku pun tertidur.
***
“Tin-tin-tin,”
bunyi angkot kuning seraya memanggilku untuk segera berangkat sekolah. Biasanya
jam 06.00 WIB, aku di jemput sebuah angkot kuning. Mengantarkan aku ke sekolah.
Di dalam angkot, aku pun tak sendirian, sahabatku juga berangkat bersamaku.
Mengarungi kisah kasih di sekolah. Aku tak bisa terlepas dari nya. Dimana ada
dia pasti ada aku. Namanya Kris. Kebetulan rumahnya agak dekat dengan rumahku.
Meskipun beda desa, tetapi masih satu kecamatan.
“Hai,”
ucapku pada Kris saat ia memasuki angkot kuning itu. Aku pun tersenyum manis,
menyapanya.
“Ya,”
sahutnya sambil membalas senyum sapaku.
Tak
terasa, sampai juga di sekolah. Kurang lebih 1 jam lamanya, aku berada di
angkot. Encok badanku, berdesak-desakan. Ya, memang kalau dipikir-pikir lama
sekali aku di angkot. Tapi itulah faktanya. Walaupun sku out dari rumah jam
06.00 a.m, pasti sampai sekolah jam 07.00 a.m. Why??? Kalian tau kenapa? Karena
namanya juga angkot, cari penumpang sebanyak-banyaknya dong?! Betul tidak?
Ku
ikuti angkot itu berjalan. Menjemput teman-teman lain. Pokoknya sudah seperti
sopir saja. Haha...
“Kris,
tasku gedhe banget yah?,” tanyaku penasaran kepada Kris sambil berjalan menuju
gerbang sekolah.
“Iya,
bawa apa aja sich? Mesti berat banget ya?,” kata Kris heran padaku.
“Hemb..
Berat banget! Bawa buku lah, masa bawa batu!,” jawabku merengut.
“Pasti
buku selemari kamu bawa semua yach? Hahaha,” lawakan Kris memulai hariku penuh
canda.
“Enak
aja, ya gak lah!,” aku mengelak sambil menahan tawa.
***
“Tet...tet..tet,”
bunyi bel upacara mengajak kami para siswa untuk mengikuti upacara. Dengan
hikmat, kami melaksanakannya. Suasana hening, menambah beningnya upacara pagi
itu.
Kira-kira
jam 10.00 a.m, kami sudah tiba lagi di rumah masing-masing. Karena hari ini
para guru akan rapat dinas dan koreksi bersama. Ku ketuk pintu rumah, ku
lontarkan salam. Namun tak ada yang menyahutnya.
“Oh
iya, mamak gak berangkat je,” ingatku dalam lubuk hati. Mamak adalah sebutan
untuk pembantuku. Kami sekeluarga sudah terbiasa memanggil pembantu-pembantu
kami dengan sebutan mamak. Kalian pasti mengira kalau mamak itu ibu kan?
Haha...
“Bagaimana caranya ku
bisa masuk ke rumah?,” aku kebingungan. Aku tak kehabisan akal. Memang sih, ide
ini agak konyol. Aku lalu masuk rumah lewat celah-celah jendela yang terbuka.
Perlahan tapi pasti, ku lewati jendela. Teman-teman, mohon jangan ditiru ya?
Kalian pasti heran padaku. Anak perempuan sepertiku mana bisa masuk lewat
jendela. Tapi jangan remehkan aku teman?! Gini-gini aku balung wesi lhoo?! Yah,
meskipun badanku kering luntang atau kurus. Tetapi, inilah Arin yang
sebenarnya. Aku bisa dibilang tomboy. Teman-teman pasti tidak tahu Arin yang
sebenarnya. Pasti kalian bertanya-tanya atau malah mengatakanku aneh. Karena
jika di sekolahan aku terlihat kalem, pendiam kan? Hehe... tapi sebenarnya aku
ini usil, cerewet, tomboy. Jika di rumah, aku sering manjat-manjat pohon rambutan
atau mangga lhoo??? Haha.. Ups.. keceplosan. Lupakanlah?!
Ku
pijakan kakiku di lantai. Menepak-nepuk
bajuku yang kotor, ternoda oleh debu jendela. Ku basuh badanku yang kotor ini
dengan air , kemudian ku ganti pakaianku.
Jam
14.15 p.m aku bingung mau berangkat les apa tidak.
”Galau..
berangkat les gak ya?? Bingung ah... Udah bayar lunas, masa gak berangkat ya?
Ah.. berangkat aja lah.,” pikirku panjang lebar.
Aku
pun akhirnya berangkat les. Ayahku mengantarku sampai di depat SCIENTIST. Lama
nian aku tak jumpa dengan teman-teman lesku. Hatiku gembira. Menghilangkan duka
lara yang tertoreh. Mathematic!!!! I like it. Matematika sudah mendarah daging
sejak aku masih kecil. Kini aku menjadi matematikawan sejati. Math bak fondasi
jiwa ini, merelakskan daku ini. “Math is fun” itu kata-kata yang selalu ku
ingat ketika belajar Math.
Pulang
les, ku refreshkan diriku. Mengguyurnya dengan siraman air. Berpakaian tidur
dan ku rauk setumpuk buku-buku untuk mengisi memory otakku.
“Lelah,”
gumamku kelelahan menjalani aktivitasku yang padat ini. Tapi, begitulah aku.
Yeah, tak ada hari selain untuk belajar dan terus menggali sejuta ilmu. Kini
aku ingin mengubah keturunan. Welcome to masa depan. I want to be a proffesor.
Dari guru menjadi seorang ilmuwan.. Itulah impianku. Menjadi proffesor
terkenal, terkemuka di mata dunia. Semoga Tuhan selalu memberkatiku. Amin.
“”Glerrrrgghh,”
guntur menggelegar menghantam kesunyian. Malam itu hujan mengguyur desa.
Memadamkan lampu, gelap gulita.
“Wawhhh!!!,”
teriakku histeris ketika menabrak seekor katak hijau di balik pintu. Aku sangat
benci katak. Menjijikkan, I hate frog...!!! Aku ketakutan. Aku pun segera
berlari menuju ibuku dan aku menjadi lebih tenang. Aku tertidur pulas di kala
malam.
**********BERSAMBUNG***********