*Cerpen*
“Dissapear but Come Back”
by : Arina Zaida Ilma
“Pretek...pretek...pretekk,”
bunyi kembang api tahun baru telah dinyalakan. Semua orang khususnya
warga DKI Jakarta ramai berkumpul di sepanjang alun-alun kota untuk
merayakan tahun baru 2012 dengan gembira. Begitupun dengan Chika. Chika
Arsilla Ananta lengkapnya. Ia juga turut ikut merayakan gebyar tahun
baru bersama Rangga, TTM (Teman Tapi Mesra) nya itu.
“Kembang
apinya very good ya kak?!,” kata Chika lagak berbahasa Inggris. Karena
Rangga lebih tua daripada Chika, Chika memanggilnya kakak. Meskipun
rentang umurnya hanya berjarak 1 tahun saja.
“Iya Chik...,” sahutnya tak seperti biasanya. Ia terlihat lusuh, sedih.
“Eh, kakak kenapa sich? Kok jutek banget ama aku?,” rengek Chika sedih.
“Kakak
gpp... Chik, kakak mau nyampein sesuatu ke kamu. Tapi, kamu jangan
sedih ya?... Gini, kakak disuruh papa mama kuliah di Amerika. Tapi kakak
ragu. Kakak gak mau pisah ama kamu Chik,” jelas Rangga mengerutkan
keningnya.
“Kakak.. kakak mau ninggalin aku, gitu?,” kata Chika sewot tak mau di tinggal Rangga.
“Kakak sebenernya juga gak mau Chik, tapi mau gimana lagi,” jawab Rangga. Rangga terdiam beberapa saat, lalu ia menemukan ide.
“Oh
iya, kamu ikut ama kakak aja. Ntar kamu nerusin SMA disana. Mau gak?,”
tawar Rangga pada Chika. Nampaknya, ide Rangga kurang begitu bagus.
“Tapi
tanggung kak. Aku udah kelas 3 SMA. Gini kak, kakak pergi aja ke
Amerika. Nanti kalo udah selesai kuliahnya, kakak balik lagi ke Jakarta
ya?,” ungkap Chika berlagak seperti hakim yang memutuskan perkara.
“Ide
bagus Chik... 4 tahun lagi kakak janji akan pulang ke Jakarta, dan
orang yang akan kakak temui pertama kali adalah kamu Chik... untuk
melamar dan menikahimu menjadi istriku,” kata Rangga setuju dengan ide
cemerlang Chika.
“Melamar dan menikahiku??? Apa gak salah kak? Kita pacaran be belum, masa langsung nikah gitu aja?,” tanya Chika heran.
“Tanpa pacaran, aku udah mantep akan melamar dan menikahimu 4 tahun lagi,” sahut Rangga benar-benar serius.
“Kakak...
aku sayang kakak... Sering-sering hubungi aku ya kak? ,” Chika terharu.
Mereka berpelukan untuk terakhir kalinya sebelum Rangga berangkat ke
Amerika besok pagi.
***
Dengan pesawat, Rangga pun berangkat
ke Amerika. Tak lupa, ia berpamitan dengan Chika melalui ponselnya,
karena saat itu ia terburu-buru maka ia tak sempat berpamitan langsung
dengan Chika.
Berjam-jam bahkan berhari-hari, tibalah Rangga di
Amerika. Di sana Rangga langsung mencari tepat kost untuknya tempat
tinggalnya. Setelah ia menemukan tempat kost yang cocok, ia mendaftar
kuliah di Universitas Amerika.
Saat pendaftaran, Rangga bertemu
dengan gadis blasteran Amerika-Indo. Gadis itu amat cantik, putih,
bersih, rambutnya yang hitam terurai panjang, dan ia cukup pandai.
Kebetulan ia juga mendaftar di Universitas yang sama dengan Rangga.
Selain ia seorang calon mahasiswa, jauh hari ia telah menjadi foto model
terkenal di Amerika.
Rangga pun terpesona dengan kecantikan dan
keanggunan gadis itu. Griffiths Orine namanya. Ia biasanya di panggil
Ine. Ine terpikat juga terpikat oleh kegagahan Rangga.
“Hy, What is your name?,” bisik Rangga berlagak seperti orang bule pada Ine.
“Hy, My name is Griffiths Orine. You can call me Ine, and you?,” sahut Ine sambil mengeluarkan senyum manisnya.
“I am Rangga. I am an Indonesian. Glad to meet you Ine?” jawab Rangga memerah pipinya.
“Yeah.
Glad to meet you Rangga. Senang sekali bisa bertemu dengan orang
Indonesia,” kata Ine dengan menggunakan sedikit bahasa Indonesia.
Ternyatat gadis blasteran ini bisa bahasa Indonesia juga.
“Hah? Kamu bisa bicara Indonesia?,” kaget Rangga bukan kepalang.
Rangga
dan Ine jauh hari semakin dekat saja. Apalagi tempat kost-kostan mereka
berdekatan. Sampai akhirnya mereka saling jatuh cinta satu sama lain.
Dan kini Rangga jarang bahkan tak pernah lagi menghubungi Chika. Ia
terlalu sibuk dengan kuliah dan tak ketinggalan pula karena gadis cantik
nan rupawan itu.
***
Malam itu Rangga mengajak Ine
jalan-jalan dengan gerobag Jepang Rangga. Tak bisa dipercaya saat
mereka asyik menikmati jalan-jalannya itu, tiba-tiba rem mobil Rangga
blong dan menabrak tiang listrik. Sungguh tragis nasib mereka. Mobil
yang mereka tumpangi itu meledak seketika. Untunglah, Rangga berhasill
diselamatkan oleh warga setempat. Namun malang nasib si Ine. Ia tak bisa
diselamatkan karena pintu mobil terkunci dan akhirnya mobil itu
langsung dilalap si jago merah.
Ine kritis di UGD. Sampai akhirnya
ia tak bisa ditolong. Ine wafat dalam usianya yang masih muda, 22
tahun. Rangga pun juga mengalami gagar otak akibat benturan keras di
kepalanya itu.
***
Dua tahun setelah kejadian itu, Rangga
mulai beradaptasi dengan lingkungan hidupnya. Kini tiba saatnya Rangga
di wisuda sebagai sarjana SI. Ia pun kembali ke Jakarta.
Tiba di
Jakarta, ia langsung pulang ke rumah. Papa mamanya menyambutnya dengan
gembira. Tetapi lain dengan Chika. Saat itu ia sedang menunggu janji
Rangga. Chika sangat sedih karena Rangga tak kunjung menemuinya. Chika
belum tahu kalau Rangga mengalami amnesia karena peristiwa dua tahun
silam. Chika pun mengalah, ia datang ke rumah Rangga.
“Tok-tok-tok.”
Bunyi ketukan pintu. Rangga membuka pintu, ia pun melihat gadis cantik
yang sedang berdiri di hadapannya itu. Chika refleks dan memeluk Rangga
erat-erat.
“Maaf, kamu siapa?,” kata Rangga tak mengingat Chika.
“Aku
Chika kak, TTM mu dulu. Katanya kakak mau ngelamar aku sepulang dari
Amerika?,” ungkap Chika sedih karena Rangga sudah tidak mengenalinya
lagiu.
“Kamu kayaknya salah orang dech.” Komentar Rangga singkat.
Chika
terpukul dengan kejadian itu, ia berlari sekencang angin menuju ke atas
jembatan layang. Tiba-tiba kepala Rangga sakit. Sepertinya ia mulai
mengingat semuanya. Rangga penasaran. Mungkin ia pernah mengenal Chika.
Ia pun mengejar Chika sampai atas jembatan.
Chika akan melompat
apabila Rangga tak mengingatnya lagi. Rangga tak berkutik, ia tetap
diam. Chika heran, mengapa Rangga belum juga melarangnya melompat.
Akhirnya Chika merebahkan dirinya dan terjun dari ketinggian 100 meter
dari jembatan layang dan menceburkan dirinya pada sungai yang arusnya
deras itu.
Beberapa menit kemudian, kepala Rangga sakit.
Sepertinya itu efek dari amnesianya. Perlahan-lahan ia mulai mengingat
memory otaknya.
“Chika!!!,” jerit Rangga mengingat Chika adalah seorang yang sangat berarti dalam hidupnya.
Orang-orang
di jembatan ramai berkumpul seperti barisan semut-semut yang sedang
mengantri makanan yang bergula. Mereka semua heran pada Rangga karena ia
tak kunjung menyelamatkan Chika.
Rangga akhirnya terjun ke
sungai, menyelamatkan Chika. Dibawanya Chika ke daratan dengan
tergopoh-gopoh. Nampaknya Chika harus diberi nafas buatan karena terlalu
lama di air. Rangga memberikan nafas buatan pada Chika. Chika pun
sadar.
“CHIKA!!!,” kata Rangga pada Chika yang baru sadar.
“Kakak... kakak sudah mengingatku?,” komentar Chika sambil tersenyum.
“Ya
sayang... kakak sudah ingat semua. Chika, sebenarnya kakak amnesia.
Jadi gak ingat apa-apa. Maafkan kakak Chik?! Sekarang kakak akan
menepati janji kakak. Kakak akan melamar dan menikahimu secepatnya. ,”
penjelasan Rangga panjang lebar kepada Chika.
Akhirnya Chika &
Rangga bersatu kembali, setelah beberapa cobaan harus mereka jalani.
Rangga menikahi Chika. Kini, mereka telah menjadi suami istri yang sah.
Mereka hidup bahagia sampai ajal menjemput mereka. HAPPY ENDING
#
Cinta butuh pengorbanan. Apabila ia benar-benar mencintai kita, pasti
ia akan tetap menjadi milik kita dan kembali pada kita. Walaupun ujian
dan cobaan berturut-turut menghampiri kita. Bersabarlah! Niscaya dibalik
cobaan itu, ada hikmah yang tersirat dan Allah akan menggantinya dengan
yang lebih baik daripadanya . Sesungguhnya Allah tidak menguji
hamba-Nya melebihi apa yang hambanya bisa.