GARA-GARA SMS

Cerpen
GARA-GARA SMS
 By Arina Zaida Ilma

         Tasya, itu namaku. Si cewek cuek yang tak mau tahu segalanya tentang cowok lain selain cowok idamannya, Shen. Shen diakui keperfectkannya oleh para gadis SMP  yang mampu mengikat hati para wanita dan tersihir oleh ketampanan serta kecerdasan yang ia punya. Apalagi dia gitaris yang jago terkenal si seluruh pelosok kota, meskipun usianya masih belia yaitu 15 tahun. Selain tampan, keren, gentle, dia juga sang bintang kelas yang meraih peringkat tiga teratas di sekolahnya. Siapa coba yang tak tergila-gila dengan Shen si cowok super itu?

             Sayangnya, Shen sudah mempunyai seorang kekasih. Namanya Lily. Dilihat dari namanya saja sudah terlihat menarik, apalagi kalau aslinya jelas cantik. Lily adalah gadis SMP yang masih sangat polos. Dia sekelas dengan Shen. Lily juga masih bersaudara denganku. Ayahnya merupakan adik ipar dari papaku. Sebenarnya aku  jealous sama Lily, sebab Shen itu sudah aku sukai sejak kami masih satu sekolah, di SD dulu. Segala cara aku lakukan demi mendapatkan perhatian dari Shen. Tapi apalah daya yang bisa ku perbuat?
***
           Pada suatu saat, Shen putus dengan pacarnya, Lily.  Entah apa penyebabnya. Dengar-dengar sih ada pihak ketiga yang berusaha menghancurkan hubungan mereka. Setelah desas-desus itu menyebar hingga tercium olehku, ternyata penyebabnya adalah Berlin. Diam-diam dia juga naksir sama Shen.

“Yah, sainganku hilang satu tumbuh satu nih,” gumamku mengerutu sedih.

          Setiap hari, peristiwa putusnya Shen dengan Lily menjadi buah bibir dan makanan empuk para gadis sebayanya di sekolah mereka. Memang, aku terlihat senang dan terbukalah kesempatanku untuk mendekati Shen. Tetapi, aku diselimuti rasa malu untuk mengatakan yang sebenarnya.
Di taman sekolah, Andi menepuk pundakku dan mengajakku berbincang-bincang.

“Sya, ini kesempatanmu untuk ndeketin Shen. Jangan sia-siain kesempatan emas ini,” katanya berusaha membangkitkan semangatku. Andi adalah sahabat terbaikku yang selalu menemaniku di saat aku kesepian, di saat aku sedih ia selalu menghiburku.

“Tapi, aku ragu,” jawabku menaikkan alis.

“Coba dulu aja. Kamu SMS dia aja,” sahutnya.

“Aku malu, Andi?!,” bentakku tak trima.

“ Ya udah deh terserah kamu. Itu artinya kamu cemen, nggak berani nunjukin cintamu ke dia “, celetuk Andi

“ What ever who you say?! “, (Apa sesungguhnya yang kau katakan ?! ) celetukku.

              Ini sudah keseribu kalinya Andi menyuruhku untuk SMS Shen. Hanya satu alasannya, karena Andi enggan melihatku cuma sekadar jadi pemuja rahasia Shen saja. Padahal dengan  minta nomor HP Shen ke Andi, aku bisa puas SMSan sama Aldo. Tapi tetap jawabanku, TIDAK. Aku membiarkan perasaan cinta yang terpendam membebani pikiran dan bergelayut di dalam hatiku saja. Bisa dibilang aku terlalu payah dalam masalah cinta mencinta.
***
Siang itu, Aldo main ke rumah Andi dengan muka masam.

“ Kenapa Do ? Kok mukanya ditekuk gitu ?” tanya Andi.

“ Keliatan banget yah kusutnya ? Belum sempet aku setrika emang”, balasnya enteng.

Andi terus memandangi wajah Aldo yang tampak tak seperti biasanya.

“ Abis putus sama Lily yah ?” balas Ando dengan nada agak menyindir.

         Shen hanya terdiam. Dia menyesali cintanya kepada Lily yang ternyata hanya di balas dengan kedustaan saja. Shen menyesal selama ini telah membangga-banggakan Lily yang ternyata hanya mencintai ketenarannya saja.

         Tak ada salahnya Andi memberikan nomor HP ku, pikir Andi. Sementara sore itu, tiba-tiba nomor HP tak dikenal masuk di HP ku. Tapi aku cuek tak membalas SMS itu.
Setelah menunggu beberapa saat, Shen putus asa. Di missed calls-nya nomor HP ku sampai yang ke-15 kalinya.

          Akhirnya telfon Shen yang ke-16 di angkat oleh ku. Tetapi aku tidak bicara sepatah dua kata pun, lalu merejectnya. Shen bersusah payah berusaha agar SMSnya di balas olehku. Meskipun Shen belum tahu siapa yang dia SMS, tapi entah kenapa dia ingin sekali SMSan denganku.

+6281903467xxx
Hai, bleh knal ga ?

         Pesan dari nomor itu terus menggangguku. Akhirnya dengan terpaksa aku pun membalas SMS dari seseorang yang mengaku namanya Sony.
Seringkali aku tidak membalas SMS dari Shen, alasannya malas karena belum tahu siapa yang SMS ke aku selama ini. Padahal yang SMS aku adalah cowok yang selama ini dipuja olehku setengah mati. Tapi sayang aku tak menyadari itu.
***
          Setelah hampir dua bulan aku dan Shen SMSan, akhirnya mereka memutuskan untuk ketemuan di Taman Indah pada suatu sore.
Saat aku duduk di bangku taman, tiba-tiba ada seseorang yang duduk di sampingku yang tak lain adalah Shen.

“ Eh Shen, nunggu seseorang ya ?” sapaku sok ramah. Padahal

“Iya nih Sya. Kamu ngapain disini ? Nunggu seseorang juga ?” balas Shen.

 “Iya, mau nunggu seseorang yang nggak aku kenal. Dia SMS aku, ngakunya sih namanya Sony”, jawabku.

“Sony?? Jadi kamu Sya temennya Andi itu ?” tanya Shen tak percaya. Shen hanya mengangguk.
Tiba-tiba Shen menjulurkan tangan kanannya. “Shenando Sony Kuncoro ”, ujarnya sambil menyalami ku.
“Iya aku tau nama kamu Shenando Sony Kuncoro. Trus kenapa ?” tanyaku tak mengerti maksudnya.

“ Aku Sony yang SMS kamu”, jawab Shen tanpa dosa. Aku masih tak mengerti.

“Serius?” ujarku meyakinkan. Shen mengangguk.

“Jadi yang selama ini SMS aku itu kamu ?” kataku sekali lagi.

“Kenapa ngga bilang sih ??” gerutu aku lagi.

“Aku juga ngga tau kalo ternyata yang aku SMS itu kamu”, balas Shen lepas.

“Trus kamu dapet nomerku dari mana ?” tanyaku lagi. Kali ini aku benar-benar mirip sama Pak Polisi yang menginterogasi orang yang melanggar peraturan lalu lintas. Tapi sayangnya Aldo bukan kena tilang karena melanggar peraturan lalu lintas, tapi melanggar aturan karena sudah tertarik denganku yang bukan siapa-siapa.

“Dari Andi “, balas Shen singkat.

“Hmmh..” aku hanya bisa berdehem.

Setelah sore kami bertemu, aku langsung ke rumah Andi. Aku ingin memarahi Andi habis-habisan.

“Kamu ngasih nomerku ke Aldo ya ??” bentakku keras.

“Iya” jawabnya polos seakan tak bersalah.

“Kenapa di kasih sih Ndi ?? Kenapa ngga minta izin aku dulu ??” ujarku dengan manja.

“Kelamaan. Yang penting kamu sekarang seneng kan ??” celetuk Andi.

“Hehe, iya sih. Makasih ya Ndi sahabatku yang paling baik sedunia dan akhirat ” manja ku lagi. Andi hanya mengangguk.
***

Suatu sore, Shen mengajakku ketemu di Taman Indah, tempat pertama kali kami bertemu.

“Ada apa Shen ??” tanyaku sesampainya disana

“Aku mau ngomong sesuatu” terangnya.

“Apa ??” tanyaku penasaran.

“To the point aja yah ??” ujar Shen.

“Iya, apa ?” tanyaku tak sabar menunggu. Berharap apa yang selama ini dia impikan bisa menjadi kenyataan.
Tiba-tiba Aldo memegang tanganku. Jantungku semakin berdebar-debar tak karuan. Darahku seolah-olah berhenti karena terpaan rayuannya.

“Aku suka sama kamu. Would you be my girlfriend ??” (Maukah kamu jadi pacar ku?) ucap Shen penuh harap. Aku terdiam beberapa saat.

         Detak jantungku semakin keras seakan diterjang  hati Sang Pangeran. Dirasaku lemas sekujur tubuh tak berdaya. Apa yang selama ini menjadi khalayannya ternyata menjadi kenyataan. Aku pun tak percaya ini benar-benar terjadi.

“Do you really love me ??” (Apakah kamu benar-benar mencintaiku?) tanyaku ragu tetapi meyakinkan. Secara, masa si Shen yang serba super suka sama cewek standar sepertiku. That’s so impossible, pikirnya.

“Yes, I really love you. And I want you’ll be my girlfriend”, (Ya, aku sungguh mencintaimu. Dan aku ingin kamu menjadi pacarku) ucap Shen memelas. Aku terpana kaku.

“Gimana ?? Aku ngga maksa kamu buat jawab sekarang kok”, ujar Shen tak sabar menunggu jawabku.

“Hmmh.. Aku takut pilihanku salah”, balasku.

“Semua terserah kamu, pilihan ada di tanganmu” pinta Shen tegas.

         Setelah hening beberapa saat, akhirnya aku pun mengangguk dengan pasti. Meskipun aku tahu kalau nantinya ada yang akan terluka karena banyak juga yang sirik padaku, tetapi aku hanya berpikir kalau kesempatan tidak datang dua kali.

        Shen tersenyum senang, lalu mencium keningku. Entah apa yang kami rasakan saat itu, yang pasti kami bahagia. Dan pada akhirnya apa yang aku khayalkan, apa yang aku impikan dan apa yang aku idamkan  selama ini menjadi kenyataan. HAPPY ENDING

         Tidak ada kemustahilan di dunia ini. Apabila takdir sudah berkata ya, pasti semua itu akan menjadi fakta. Meskipun tak ada yang bisa mengira akan menjadi kenyataan,  tapi Alloh SWT tahu segalanya yang akan terjadi. Karena Dialah kholik yang Maha Kuasa di dunia ini. (Arina Zaida Ilma)

Free Heart Bow Arrow Cursors at www.totallyfreecursors.com


http://www.funny.org.in - Glitter Text